- Diberkati untuk Memberkati

SPECIAL 'DOWN SYNDROME' KID

Aku Anne seorang ibu beranak 3 dan tinggal di Jakarta. Saya ingin berbagi pengalaman dengan para orang tua yang mungkin bernasib serupa dengan saya.

Aku memiliki kehidupan yang berkecukupan. Menikah pada umur yang pas dan mendapat suami yang baik dan membahagiakan. Awalnya semua jalan kehidupan berumah tangga kami lalui dengan bahagia, tawa dan canda. Hingga saat saya hamil dan kami amat berbahagia dengan kelahiran anak pertama.

Bagus, itu nama yang kami berikan kepada anak pertama. Awalnya ia tumbuh dengan sempurna. Hari-hari awal hidup Bagus amat menyenangkan. Ia sudah bisa merangkak, tersenyum dan tertawa. Namun kami dapati hingga usia dua tahun lebih ia belum juga bisa berdiri untuk merayap apalagi berjalan. Selang 3 tahun dari umurnya, Allah Swt karuniakan kepada kami seorang putri cantik yang kami beri nama Yulia. Tidak sampai setahun Yulia sudah bisa berdiri dan beraktifitas layaknya anak normal. Namun tidak begitu yang terjadi pada Bagus, sang kakak. Hingga usia Bagus menginjak 4 tahun, kami dapati bahwa tubuhnya bertambah lemah. Ia tidak mampu mengangkat kepala. Perkembangan tubuhnya lamban. Maka kami pun membawa ia pergi ke sebuah rumah sakit.

Seperti tersambar petir, hati saya begitu terkejut saat dokter menyatakan bahwa anak saya terkena penyakit 'down syndrome'. Awalnya saya amat marah dan kecewa! Saya bawa Bagus, anak saya ke rumah sakit lain untuk mencari 'second opinion', namun semua rumah sakit yang kami datangi menyatakan hal yang sama.

Saya menjadi sedih sejak saat itu. Saya beranggapan betapa malunya keluarga kami punya anak yang berpenyakit down syndrome. Kini kami sudah punya 3 orang anak, yang terakhir bernama Adi dan berusia 6 tahun. Sedang Bagus sekarang berusia 11 tahun. Meski berusia 11 tahun, namun saya memperlakukan Bagus seperti seorang bayi. Ia tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Sehingga saya tidak bisa beraktifitas di luar rumah. Saya hanya bisa terus menemani Bagus anak saya yang 'masih bayi'.

Terkadang untuk duduk dan mandi pun masih harus kami urus. Dan ia sama sekali tidak bisa terpisah dari saya. Sempat saya frustasi dan membatin mengapa Allah Swt kasih kami cobaan yang berat seperti ini. Hingga saatnya Dia Swt memberi jawaban yang mengubah persepsi penyakit menjadi anugerah!


Bersama suami, saya selalu mencari informasi dokter atau rumah sakit yang bisa menyembuhkan penyakit down syndrome. Kami tak berpikir lagi berapa biayanya. Harapan kami adalah kesembuhan bagi Bagus dan ia bisa tumbuh seperti anak normal. Seorang sahabat menyarankan kami untuk pergi ke Amerika Serikat sebab menurutnya di sana terdapat sebuah klinik terkenal yang khusus menangani anak down syndrome. Saat kami browse di internet untuk mencari informasi klinik tersebut, maka kami pun memutuskan untuk berangkat ke sana meski biaya pengobatan menghabiskan lebih dari USD 30.000.

Bertiga kami berangkat ke sana dengan harapan semoga Bagus mendapat kesembuhan. Sesampainya di sana maka kami pun melakukan pendaftaran dan kami ditunjukkan untuk menemui Dr. William di lantai 4 klinik tersebut.

Sedikit saya berbesar hati saat berada di klinik tadi, bahwa ternyata banyak sekali di sana terdapat anak-anak seperti Bagus. Mereka semuanya adalah anak-anak yang memiliki kelainan Down Syndrome. Wajah dan postur mereka amat mirip dengan Bagus. Wajah yang mongolism, jarak antar mata yang lebih lebar, tulang pangkal hidung yang tak menonjol, dan lidah yang sering terjulur. Saat berada di sana saya merasa 'at home' dan tidak lagi merasa malu punya anak seperti Bagus. Maka terbitlah harapan di hati saya dan suami atas kesembuhan Bagus. Kami pun menuju lift untuk membawa kami ke lantai 4 klinik. Saat kami masuk ke dalam lift, kami mendapati sepasang suami-istri tengah membawa 3 orang anak mereka. Deggg... betapa kaget saya melihat
pemandangan itu!!!

Masing-masing suami istri itu tengah menggendong anak mereka. seorang anak digendong oleh si suami, seorang anak lagi digendong oleh sang istri, ditambah satu anak lagi yang berada di sebuah kereta dorong. Hal yang membuat saya dan suami terkagum sekaligus takjub adalah bahwa ketiga anak mereka mengalami penyakit down syndrome seperti Bagus! Kami pun berkenalan dalam waktu yang amat singkat di dalam lift itu. Saya mengutarakan kekaguman saya sambil berkelakar, "Bagaimana kalian bisa mengurus 3 orang anak yang punya penyakit down syndrome secara bersamaan, sedang saya mengurus seorang anak saja menurut saya sudah terlalu menyusahkan!"

Saya semakin takjub mendengar jawaban mereka. Mereka katakan, "Special kids are given to the special parents!" Anak-anak spesial hanya diberikan Tuhan kepada orang tua yang luar biasa!!!

Subhanallah... kalimat itu begitu pendek namun amat menyentuh palung hati yang terdalam. Saya rekam baik-baik kalimat indah itu dalam benak saya. Saya pun meminta suami menyerahkan Bagus ke pelukan saya saat kami keluar dari lift. Bangga sekali saya merasa saat menggendong dan memeluk anak saya Bagus yang berpenyakit down syndrome itu. Saat menunggu panggilan masuk ke ruangan dokter William, saya duduk di ruang tunggu. Saya tatapi wajah anak saya Bagus dengan seksama. Penuh cinta saya mengajaknya bercanda.

Saya katakan kepada Bagus, "Mama sayang kamu, nak...! Mama cinta kamu, nak....! Mama amat bangga punya anak seperti kamu...! Kamu anugerah Allah Swt yang spesial buat mama dan papa...!"

Tak terasa di ruang tunggu itu air mata saya mengembang di ujung mata. Seolah memahami apa yang saya ucapkan, Bagus kemudian menjulurkan tangannya dan menyentuh wajah saya. Seolah mungkin ia berkata kepada saya, "Bagus juga sayang Mama...!"

Ya Allah.... sungguh Engkau berikan cinta yang mendalam kepada saya sejak hari itu. Kini tidak ada Bagus yang berbeda dari anak lainnya, yang ada adalah Bagus adalah anak spesial untuk saya!

Jangan ratapi nasib getir yang kau jalani. Allah Swt menyayangimu, teman!
Seperti diceritakan oleh seorang sahabat.
Bambu Apus, 5 Januari 2010

Cahaya Langit,
Bobby Herwibowo

0 comments:

Post a Comment