- Diberkati untuk Memberkati

Topeng Kepuraan

Aku marah....dadaku sesak menahan amarah, tapi aku tak berani berujar aku tidak setuju, aku tidak mau, aku tidak ingin, tapi kenapa kata yang terluncur adalah ucapan ya... 
Aku berharap orang di sekelilingku mengerti tapi tidak!!! sama sekali tidak, Orang kira aku sanggup, bagus, penolong, sempurna dan. berbagai atribut kebaikan lainnya. 
Meski diri ini terabaikan aku berusaha untuk selalu bisa, mampu dan membantu tapi ....sesungguhnya aku tidak seperti itu aku lemah, rapuh dan kadang memaksakan diri aku hanya merasa bersalah jika tidak bisa aku tidak dapat mengutarakan kata hati yang sejujurnya. 
Ada satu sisi batinku yang ingin kusumbangkan untuk orang lain tapi aku tidak pernah menoleh sisi batinku sendiri harapanku, kelemahanku, serta daya tahanku, kulupakan... ucapanku, perilakuku menuju pada tuntutan orang dan kuacuhkan keadaan diri yang sesungguhnya.
Aku sosialku tak sesuai dengan aku diriku pertentangan-pertentangan ini terus bertarung dalam fikirku
Akhirnya aku menyadari.....ada yang keliru dengan cara pandangku waktu yang bergulir mengajariku banyak hal berkaca pada kehidupan orang lain membaca firman Tuhan dalam ciptaanNya aku pun mencoba tuk mengerti makna hidup agar jujur...ikhlas...dan apa adanya!
Ternyata dunia tidak berakhir ketika aku berani bersikap, ketika aku mengenalkan diri tanpa selaput kepuraan. Orang-orang pun tak pergi meninggalkanku kalau ada yang datang, akan ada pula yang pergi kusadari itu sebuah sunatullah Selama ini aku terbelenggu oleh perasaanku sendiri tersiksa oleh persepsi orang yang dibuat sendiri olehku nuraniku yang seringkali tak kuturuti hanya tuk sekedar mengejar pengakuan semu dan obsesi duniawi
Sekarang bagiku. MENJADI BAHAGIA LEBIH BERHARGA DARIPADA MENJADI SEMPURNA. Seperti berharganya menjadi diri yang berarti dengan penuh ketulusan.

0 comments:

Post a Comment