“Lalu kataku : “
Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir dan aku
tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah
melihatsang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” Tetapi seorang dari Serafim itu
terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit
atas mebah. Ia menyentuhnya kepada mulutku serta berkata : “ Lihat, ini telah
menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.”
Lalu aku mendengar suara TUHAN berkata: Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah
yang mau pergi untuk Aku ?” Maka sahutku: “ Ini aku, utuslah aku!” ~ Yesaya
6:5-8
Dalam konteks ayat ini Yesaya masuk
dalam hadirat TUHAN dengan penyembahan yang dalam sehingga mengalami kehadiran
ALLAH. Seharusnya orang-orang Kristen
ketika masuk dalam penyembahan maka harus ada dalam dimensi menyembah sampai
menikmati kehadiran TUHAN. Yesaya
mengalami perjumpaan dengan TUHAN dalam penyembahannya dan didalam penyembahan
itu terjadilah sebagaimana dituliskan dalam ayat-ayat tersebut diatas.
Ketika kita menyembah TUHAN dan
mengalami perjumpaan denganNya, maka alur kisah yang terjadi pada Yesaya juga
dapat terjadi dalam hidup kita sebagai penyembah ALLAH, yaitu perubahan dan
rencana ALLAH bagi umat-Nya.
Dalam kontek tersebut diatas ada
3 hal yang bisa kita pelajari bagi diri kita dari kisah yang terjadi:
1. Memahami
keberdosaan saya saat berjumpa TUHAN.
Ketika Yesaya berjumpa dengan TUHAN, maka yang keluar dari lidah bibirnya
adalah perkataan,“Celakalah aku, sebab aku ini seorang yang najis bibir”. Yesaya menyadari dan mengakui keberdosaan
yang masih ada dalam hidupnya yaitu najis bibir. Masih ada dosa yang harus
dibereskan dengan TUHAN, untuk dihentikan dan tidak terus membiarkan dosa itu
makin menguasai hidupnya.
Ketika kita
berjumpa dengan ALLAH maka kita juga bisa memahami dosa-dosa yang masih ada
dalam hati, karakter, perkataan dan perbuatan kita dihadapan ALLAH. Akui dan katakan dosa-dosa yang masih sering
kita lakukan dan minta ampun kepada TUHAN.
Ini adalah sebuah tindakan dan keputusan yang baik untuk tidak
menghalangi TUHAN melakukan multiplikasi dan promosi dalam hidup kita.
2. Saya
dikuduskan dari dosa oleh TUHAN.
Ketika dengan berani Yesaya mengakui dan mengatakan dosanya dihadapan TUHAN,
maka yang terjadi berikutnya bibir Yesaya dikuduskan dengan bara api. Demikian juga dengan diri kita dihadapan TUHAN
: perjumpaan yang membuat kita menyadari dan melihat noda dosa dalam hidup kita,
lalu kita meminta ampun dan bertobat maka berikutnya Darah YESUS akan
menguduskan kita dari segala kecemaran dosa.
Sehingga kita makin disucikan dan dilayakkan untuk menjadi alatNya yang
mulia bagi pekerjaan-Nya yang mulia di tahun ini, biarkan TUHAN semakin menguduskan
hati, pikiran, tubuh, mulut dan kehidupan kita dari kekotoran dosa.
3. Mengerti
bahwa saya harus melayani TUHAN.
Yesaya setelah dikuduskan, memberikan hidupnya untuk ambil bagian dalam
pelayanan Illahi untuk pergi memberitakan Firman TUHAN dan menjadi saluran
berkat TUHAN bagi jiwa-jiwa yang masih berdosa.
Ini aku TUHAN, utuslah aku kata Yesaya dalam meresponi panggilan TUHAN.
Seharusnya kita juga memiliki respon yang sama setelah dikuduskan ada kerinduan
untuk memberikan waktu, tenaga, hidup kita bagi alat TUHAN dalam generasi ini,
untuk menyadarkan akan dosa-dosa manusia da membawa mereka bertobat dari
dosa-dosanya.
Peneguhan
Perjumpaan Yesaya dengan TUHAN membuat suatu perubahan dalam hidupnya untuk
tidak sama lagi dengan yang sebelumnya. Perjumpaan
itu mengubahkan Yesaya dengan menyadari dosa yang masih ada dalam hidupnya,
lalu dikuduskan oleh TUHAN dan mengerti akan panggilan pelayanan dengan
menyerahkan dirinya untuk dipakai TUHAN, yaitu membawa jiwa-jiwa yang berdosa
kepada pertobatan. Jika kita berjumpa
dengan TUHAN maka, kita menyadari dosa dan dikuduskan oleh TUHAN lalu
memberikan diri kita bagi panggilan pelayanan untuk jiwa-jiwa yang masih belum
bertobat untuk dibawa kepada KRISTUS.
0 comments:
Post a Comment