Senyuman Ayah

Subuh tadi saya melewati sebuah rumah, 50 meter dari rumah saya dan melihat seorang isteri mengantar suaminya sampai pagar depan rumah. "Yah, beras sudah habis loh...," ujar isterinya. Suaminya hanya tersenyum dan bersiap melangkah, namun langkahnya terhenti oleh panggilan anaknya dari dalam rumah, "Ayah, besok Agus harus bayar uang praktek."


"Iya...," jawab sang Ayah. Getir terdengar di telinga saya, apalah lagi bagi lelaki itu, saya bisa menduga langkahnya semakin berat.

Ngomong-ngomong, saya jadi ingat pesan anak saya semalam, "Besok beliin lengkeng ya" dan saya hanya menjawabnya dengan "Insya Allah" sambil berharap anak saya tak kecewa jika malam nanti tangan ini tak berjinjing buah kesukaannya itu.

Di kantor, seorang teman menerima SMS nyasar, "Jangan lupa, pulang beliin susu Nadia ya". Kontan saja SMS itu membuat teman saya bingung dan sedikit berkelakar, "Ini, anak siapa minta susunya ke siapa". Saya pun sempat berpikir, mungkin jika SMS itu benar-benar sampai ke nomor sang Ayah, tambah satu gundah lagi yang bersemayam. Kalau tersedia cukup uang di kantong, tidaklah masalah. Bagaimana jika sebaliknya?

KETIDAKPERCAYAAN PENGHALANG JANJI TUHAN


KETIDAKPERCAYAAN PENGHALANG JANJI TUHAN

 “Demikianlah kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka”
 (Ibrani 3:19)

  
Rasul Paulus menulis ayat tersebut dalam konteks bahwa “orang-orang Israel yang mendengar janji TUHAN akan masuk dan menduduki Tanah Perjanjian atau tanah yang penuh dengan susu dan madu” tetapi tidak dapat meraih dan mengalami janji TUHAN oleh karena mereka tidak mempercayai bahwa mereka bersama dengan TUHAN mampu dan sanggup untuk mengalami kegenapan janji TUHAN.  Tahun ini kita juga mendengar akan janji TUHAN tentang Pemulihan dan Kelimpahan, tetapi janji itu dapat hilang atau tidak terjadi dalam diri kita jika kita memposisikan diri terhadap janji tersebut sebagai orang yang tidak mempercayai bahwa janji itu dapat tergenapi.

Realitas menunjukkan bahwa orang Israel yang lahir di Mesir mereka tidak mengalami janji TUHAN sepenuhnya kecuali Yosua dan Kaleb sekeluarga serta generasi yang lahir dipadang gurun mengalami kegenapan janji TUHAN.  Pertanyaannya, mengapa mereka tidak percaya ?  Ada beberapa penyebab yang membuat orang ada dalam posisi ketidakpercayaan :

1.      Janji TUHAN diukur dengan kekuatan pribadi ( Bilangan 13:31)

Kalau kita membaca ayat tersebut maka orang Israel melihat halangan orang-orang Kanaan yang harus dilewati terhadap janji TUHAN dengan mengukur kemampuan atau kekuatannya sehingga posisi mereka lebih lemah, rapuh dan tidak dapat mengalahkan halangan yang merintangi janji TUHAN.
Berapa banyak diantara orang Kristen yang melihat rintangan terhadap janji TUHAN dan mengukurnya dengan kekuatan sendiri dan berkata : mereka lebih kuat, lebih besar dan lebih sulit daripada apa yang mampu kita lakukan ?
Pola pikir yang keliru karena berpusat kepada kekuatan dan kemampuan diri sendirI akan membuat kita ragu dan mempertanyakan apakah kita mampu menembus rintangan untuk meraih janji TUHAN akan pemulihan dan kelimpahan.  Ketidakpercayaan oleh karena membandingkan apa yang TUHAN janjikan dengan diukur oleh kekuatannya sendiri menjadi penhalang meraih semua janji TUHAN. 
  
2.      Janji TUHAN diukur dengan skill atau kecakapan pribadi (Bilangan 13:32)
 
Seringkali kemampuan kapasitas dalam diri kita dipakai untuk mengukur seberapa dapat untuk meraih janji TUHAN.  Perhatikan Yeremia 17 :5-6, TUHAN sudah mengingatkan bahwa mengandalkan diri sendiri hanya akan mendatangkan bahaya.  Janji TUHAN akan tergenapi berdasarkan pada kemampuan dan kapasitas TUHAN, bukan pada kemampuan diri kita yang terbatas. Andalkan kemampuan TUHAN yang sanggup membawa kita untuk menembus kemustahilan yang tidak dapat dijangkau dan dibayangkan oleh manusia.
Ketidakpercayaan terhadap janji TUHAN oleh karena cara meraihnya dengan mengukur kapasitas dan kemampuan pribadi,m akan menyebabkan ketidakpercayaan pada diri kita akan janji TUHAN yang dapat tergenapi.
  
Kesimpulan

Pengalaman kegagalan dari bangsa Israel menjadi penbelajaran bagi kita, bahwa ketidakpercayaan terhadap janji TUHAN menjadi penghalang untuk terealisasinya janji TUHAN. Ada suatu pernyataan “Bagi orang yang ingin maju mengambil hal-hal yang positif dari orang lain bukan merupakan hal yang memalukan.” Belajar dengan baik dari kegagalan Israel membuat kita lebih bijak.

Jangan ragu, bimbang dan tidak percaya terhadap janji TUHAN karena diukur dengan kekuatan dan kemampuan pribadi, yakinkan diri kita TUHAN mampu dan sanggup merealisasikan janji-Nya atas kita.

Sekalipun aku dalam lembah kelam
Kutak takut sebab KAU besertaku
Sekalipun badai topan datang menerpa
Kutak gentar sebab KAU disisiku

(Reff) Aku percaya, berkatMu atasku melimpah
Kebajikan, kemurahan selalu mengikutiku
Kupuji, kusembah KAU TUHAN

Musashi : The Wind Book


Seorang samurai dituntut untuk belajar atau setidaknya mengetahui gaya, dan jurus-jurus pedang perguruan lain. Pendapat Musashi ini sejalan dengan ajaran Sun Tzu bahwa untuk memenangkan peperangan maka haruslah mengetahui kekuatan musuh.

Kembali ke Buku Angin, Musashi mengungkapkan pula bahwa seorang samurai haruslah membuka diri dan menyadari bahwa ilmu pedang yang dimilikinya belumlah yang terhebat. Dengan kata lain, samurai diwajibkan terus mengembangkan dirinya dengan jurus-jurus baru atau teknik-teknik baru untuk mencapai kemenangan.

KEPAHITAN


KEPAHITAN
Ibrani 12:25

            Suatu kali seorang penulis biografi tokoh-tokoh terkenal dunia hendak menyusun suatu daftar siapa-siapa saja yang paling banyak membuat pengaruh di dunia ini.  Menariknya – walaupun penulis ini seorang Kristen – ia menempatkan TUHAN YESUS dalam urutan nomor 3 orang yang paling berpengaruh di dunia.  Ketika ditanya mengapa ia menempatkan TUHAN-nya sendiri di urutan nomor 3 dan bukan nomor 1, jawabannya adalah karena ia melihat para pengikut TUHAN YESUS banyak yang gagal melaksanakan perwujudan nyata pengampunan yaitu mampu memberikan pipi kiri ketika seseorang menampar pipi kanannya (Mat 5:39).

            Pendapat dari penulis biografi tersebut diatas sah-sah saja, tetapi jawaban yang ia berikan patut kita renungkan.  Kalau ada suatu pengajaran di dalam kekristenan yang berbeda dengan agama lain di dunia, itu adalah pengampunan.  Pengampunan adalah bentuk kasih ALLAH akan dunia.  Sebagai anak-anak TUHAN maka seyogyanya kita pun memancarkan kasih ALLAH, salah satunya dalam bentuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita.  Namun yang sering terjadi, banyak anak-anak TUHAN yang ternyata tidak mau untuk memberikan pengampunan.  Akibatnya perasaan itu menjadi dendam dan dendam menjadi kepahitan.

            Apakah kepahitan?  Kepahitan adalah suatu kekecewaan pada seseorang yang begitu mendalam sehingga sampai pada suatu titik dimana Anda memilih tidak mau mengampuni orang yang mengecewakan Anda itu.  Orang yang merasa pahit sebenarnya karena tidak mau mengampuni atau melepas suatu peristiwa yang yang pernah menyakitkan dia.  Tetapi perasaan pahit ini sebenarnya jauh lebih merugikan untuk yang pahit daripada yang orang “si penyebab pahit.”  Survey American Medical Association (AMA) menyebutkan bahwa kepahitan merupakan 70% penyebab munculnya kanker.  Emosi kepahitan ternyata membuat reaksi kimia dalam tubuh kita menjadi berantakan, sebagai akibatnya dapat tumbuh tumor, kanker bahkan penuaan dini.

            TUHAN YESUS tidak ingin kita memiliki hidup yang dipenuhi kepahitan.  IA datang memberi kita hidup dan kita memilikinya dalam segala kelimpahan (Yohanes 10:10).  Tetapi tergantung kepada kita bagaimana kita memilih jalan hidup kita.  Bagaimana kemudian caranya, kita lepas dari kepahitan?  Ingatlah dua hal ini:

1.      Engkau dapat pulih dari kepahitan, jika engkau mau mengampuni orang yang telah mengecewakan engkau.  (Kolose 3:13-14)

Tidak ada yang mengatakan bahwa masalahmu ringan.  Tentulah sangat berat sehingga engkau susah melepaskannya.  TUHAN YESUS pun mengerti akan hal ini, itulah sebabnya IA berkata untuk memberikan beban itu kepadaNya (Matius 11:28).  Dengan kekuatanmu sendiri mustahil engkau lepas dari kepahitan, tetapi dengan kasih dan kekuatan dariNya, engkau dapat lepas dari kepahitan.  Keputusan ditanganmu, apakah engkau mau untuk mengampuni?  Jika ya, maka TUHAN akan memampukanmu untuk dapat mengampuni orang yang telah menyakitimu.  Tidak mau mengampuni akan membawamu ke dalam jalan kehancuran, yaitu kepahitan yang tiada henti.  Pengampunan akan membawamu kedalam pemulihan dan hidup yang berkemenangan.

2.      Ingatlah, bahwa TUHAN pun memilih untuk tidak pahit denganmu. (Ibrani 12:15).

Ayat yang telah kita baca dibagian pertama mengingatkan dengan baik agar kita tidak jauh dari kasih karunia ALLAH.  Kasih karunia ALLAH artinya kekuatan kasihnya dan bagaimana IA telah mengasihi kita.  Mari kita renungkan dahulu fakta berikut: sebenarnya, bukankah TUHAN punya semua alasan untuk pahit dengan kita?  Kita yang berdosa, IA tebus dengan darahNya yang kudus, tetapi sesudah itupun kita masih melakukan hal-hal yang melanggar firman TUHAN?  Kalau kita mau jujur, bukankah semua kesalahan-kesalahan kita dapat dijadikan alasan bagi TUHAN untuk pahit dengan kita?  Nyatanya, TUHAN tidak demikian.  IA memilih untuk mengasihi dan mengampuni kita (1 Yohanes 1:9).  Pertanyaan kedua: apakah kesalahan yang diperbuat orang yang mengecewakan kita lebih besar dari kesalahan-kesalahan kita kepada TUHAN?  Tentu tidak, bukan?  Nah, kalau TUHAN saja mengampuni kesalahan-kesalahan kita yang besar itu, maka kita yang sudah mengalami dan merasakan pengampunan seharusnya juga mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita.  Sebenarnya tidak alasan bagi kita untuk tidak dapat mengampuni orang lain, karena kita sendiri sebenarnya pun orang-orang yang telah diampuni dari kesalahan-kesalahan kita.

Orang percaya yang tidak mengampuni akan mendapat hukuman yang keras dari TUHAN.  Mengapa? Karena itu artinya, orang percaya tersebut menyia-nyiakan kasih karunia TUHAN dan tidak punya rasa terima kasih atas pengampunan yang TUHAN beri. [Ambil waktu untuk diskusikan Matius 21:21-35 dengan sungguh-sungguh].  Ibrani 12:25 dengan jelas menyatakan, kepahitan –jika tidak diatasi- akan menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang.  Tentu engkau tidak ingin menjadi penyebabnya bukan?
  
Peneguhan
Masuk tahun 2010, jangan pandang gunung-gunung masalahmu, tetapi pandanglah senantiasa kepada TUHAN yang adalah pertolonganmu yang sejati.  Mungkin salah satu gunung masalah itu adalah suatu kejadian mengecewakan yang begitu mengikat engkau.  Pertolonganmu satu-satunya ialah dari TUHAN.  Kalau TUHAN izinkan hal yang tidak enak itu terjadi di dalam hidupmu, itu karena IA mempunyai rencana yang luarbiasa, yaitu agar engkau mengalami kuasa kemenangan dengan mampu mengampuni orang yang telah bersalah kepadamu.  Kekuatan dan kasihNya dapat memampukanmu untuk mengampuni orang yang mengecewakanmu dan karenanya kepahitanmu terangkat dari jiwamu.


TUHAN YESUS BAIK (Niko/Welyar)
Apapun yang terjadi didalam hidupku, slalu ku berkata: TUHAN YESUS baik
Dalam segala hal yang terjadi, tetapku berkat TUHAN YESUS baik

Kusembah Kau, kusembah Kau, tak dapat ku membalas kasihMu
Kusembah Kau, kusembah Kau BAPA, kurindu slalu menyenangkanMu

Banner and Link Exchange















Photobucket





Photobucket







Link Exchange