3.
Pemimpin yang tidak mengalami kemajuan rohani
telah menggantikan sukacita, damai sejahtera, dan kasih dalam hatinya dengan
iri hati dan kebencian.
Orang-orang yang tidak dapat menciptakan kesalehan hanya
dapat memodifikasi kelakuan mereka supaya sesuai dengan teladan Kristus. Buah
Roh Allah, yang terlihat dalam setiap aspek kehidupan kita, merupakan bukti
dari karakter kita yang bertumbuh, bukan bukti dari pekerjaan yang kita
paksakan untuk dilakukan demi menunjukkan tindakan religious kita.
Ketika Roh Allah tidak memegang kendali, buah Roh tidak
terlihat nyata, dan tidak ada upaya sekeras apapun yang bisa memunculkan buah
Roh itu. Para pemimpin yang tidak lagi bertumbuh dalam perburuan mereka akan
Tuhan tidak dapat menunjukkan buah Roh dan sebaliknya sering memperlihatkan
sikap religious yang tidak menyenangkan. Sungguh mengherankan ketika cara
berpikir yang buruk ini dianggap sebagai norma karena banyak pemimpin
memperlihatkan cara-cara tersebut.
Bukannya menjadi pembawa kasih dan pengampunan Kristus
kepada dunia, banyak pemimpin mulai berpikir bahwa mereka berhak, bahkan wajib
untuk menghakimi dan mengkritik orang lain.
4.
Pemimpin yang tidak mengalami kemajuan rohani
sering kali mencari padang rumput yang lebih hijau di tempat lain.
Sering kali, para pemimpin Kristen menyalahkan gereja atau
organisasi mereka atas kurang berbuahnya pelayanan mereka. Mereka menganggap
bahwa orang lain berhasil karena mereka beruntung dengan berada di tempat yang
tepat pada saat yang tepat. Para pemimpin yang berpikir demikian selalu
berusaha pindah ke tempat yang lebih baik dimana pelayanan mereka benar-benar
akan dihargai dan keberhasilan yang mereka rindukan akhirnya diperoleh. Ini
berarti bahwa banyak pendeta sering berpindah dari satu gereja ke gereja
lainnya karena mencari keberhasilan.
(Dirangkum dari buku Organic Leadership, Neil Cole)
0 comments:
Post a Comment