- Diberkati untuk Memberkati

La Ilaha Illa Allah Part 1

"Membaca atau mendengar judul diatas, tentulah kita segera akan mengatakan bahwa itu adalah bagian pertama dari Syahadat (Credo/Pengakuan Iman) agama Islam seperti tertulis dalam QS 47:19."

Benar! Tetapi perlu diketahui bahwa kalimat itu sudah diucapkan oleh umat Kristen Arab jauh sebelum kehadiran agama Islam dengan Al-Qurannya yang lahir pada abad VII! (yang kemudian ditulis dalam Alkitab dalam bahasa Arab), yaitu ketika mereka membaca surat rasul Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus yang aslinya dalam bahasa Yunani berbunyi: "oudeis theos eimee heis" dan diucapkan oleh umat Kristen Arab seperti judul diatas, dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai 'tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa' (1 Kor 8:4).

Berbeda dengan anggapan orang bahwa Allah itu nama Tuhannya Islam, nama dewa masa Jahiliah, atau nama dewa bulan Babilonia, penggunaan nama Allah di kalangan Yahudi keturunan Abraham dan umat Kristen sejak pertobatan orang Arab Kristen awal (Kis 2:11) sudah ada sejak awal berkembangnya dialek Arab lisan kemudian tulisan dan ditujukan kepada El/Elohim/Eloah Ibrani.

Seperti diketahui dari sejarah, bangsa Arab diturunkan rumpun Semitik melalui nenek-moyang Yoktan (anak Eber keturunan Aram, Kej 10:22-29), Ismail (anak Abraham-Hagar, Kej 25:13-16), dan Keturah (isteri Abraham, Kej 25:1-4). Juga dalam sejarah diketahui bahwa nenek-moyang orang Arab yang dikenal sebagai Hanif (jmk. hunafa) terutama suku-suku Ibrahimiyah dan Ismaelliyah tetap melestarikan ibadat kepada Allah Ibrahim (El Abraham, ingat 'Idul Adha').

Data arkaeologi menemukan inskripsi sekitar masa Ezra (abad VI SM) dikalangan suku Lihyan yang bertuliskan nama 'Allah.' Suku Lihyan adalah keturunan suku Dedan keturunan Dedan cucu Ketura isteri Abraham. Pada masa itu Kitab Ezra dan Daniel (PL) juga sebagian ditulis dalam bahasa Aram dan menulis El/Elohim/Eloah dengan Elah/Alaha (Elah Yisrael, Ezr 5:1;6:14), dan nama Allah Lihyan berasal dari nama Aram Alaha (dialek/bahasa Arab berkembang dari Nabatea Aram). Pada masa percakapan lisan sebelum berkembang bahasa tulisan, orang tidak mempersoalkan apakah menggunakan huruf 'l' tunggal atau jamak atau membedakan ejaan 'e' atau 'a,' demikian juga tidak jelas pembedaan antara nama diri atau sebutan/gelar.

Alkitab mencatat orang Arab yang masuk Kristen sudah ada sejak hari Pentakosta (Kis 2:11). Sejak itu nama Allah sudah digunakan umat Kristen Arab, bahkan dalam Konsili Efesus (431 M) ada uskup Arab Harits bernama 'Abdullah' (Abdi Allah). Di kalangan Kristen ditemukan inskripsi Zabad (512 M) yang diawali kalimat 'Bism al-Ilah' (dengan/dalam nama Allah, bandingkan dengan 'Bismillah ' di Al-Quran dengan 'Beshem Elohim ' (Mzm 20:6) dan 'Beshum Elah ' (bahasa Aram, Ezr 5:1) dalam Tanakh, dan inskripsi Umm al-Jimmal (abad VI M) diawali ucapan 'Allahu Gafran' (Allah mengampuni).

Ibadat kepada 'Allah' bukan milik agama Islam, bahkan Muhammad yang oleh pengikutnya diterima sebagai 'nabi' dan 'rasul Allah' berkata bahwa dalam sinagoga Yahudi, gereja Nasrani dan di Mesjid pada masa hidupnya sudah disebut 'Tuhan kami Allah' (QS 22:40), maka logisnya nama itu sudah digunakan kedua agama pendahulu Islam itu sebelum ditulis dalam Al-Quran.

Sesudah kehadiran Islam di abad VII M, Palestina dikuasai kerajaan Islam berbahasa Arab (Arab, Mesir, Turki) dimana bahasa Aram sebagai bahasa percakapan sehari-hari orang Yahudi Palestina digantikan dengan bahasa Arab (Bahasa Ibrani hanya digunakan dalam salin-menyalin Tanakh). Baik orang Yahudi berbahasa Arab yang beragama Yahudi, Kristen, maupun Islam, dalam ibadat mereka semua menyebut 'nama Allah'. Penjajahan berlangsung selama 13 abad (VII-XX M) sampai Israel berada dibawah kekuasaan Inggris dengan mandat Liga Bangsa-Bangsa di tahun 1917. Sejak bangkitnya Zionisme pada akhir abad XIX, bahasa Ibrani modern dihidupkan kembali sebagai bahasa tulisan dan percakapan dikalangan orang Yahudi, sekalipun begitu pengaruh budaya Arab selama 13 abad tidak hilang dan orang Yahudi sekarang masih banyak yang berbahasa Arab juga.

Dalam Al-Quran yang diterjemahkan ke bahasa Ibrani, nama 'Allah' diterjemahkan 'Elohim' (Al-Qur'an Tirgem Avrit). Sebaliknya Tanakh Ibrani, dalam Alkitab bahasa Arab, 'El/ Elohim/Eloah Tanakh dan Theos diterjemahkan 'Allah' (saat ini ada 4 versi Alkitab berbahasa Arab dan semuanya menyebut 'nama Allah'). Memang dikalangan tertentu di Malaysia ada yang menggugat penggunaan nama Allah dikalangan Kristen, pada bulan Februari 2009 pengadilan Malaysia menolak gugatan itu dengan pertimbangan 'Nama Allah sudah digunakan oleh orang Kristen sebelum ada Islam.'

Sikap penolakan terhadap nama 'Allah' timbul karena ketidak tahuan dan provokasi kalangan Barat (a.l. buku Robert Morey 'Islamic Invasion') dan Yahudi (yang trauma terhadap 13 abad penjajahan Arab-Islam) yang cenderung menggeneralisasikan anti-Arab dan anti-Islam. Mereka mengabaikan bahwa sejak lama sudah ada orang Arab beragama Yahudi dan sesudah hari Pentakosta sudah banyak orang Arab beragama Kristen, bahkan masa kini orang-orang berbahasa Arab yang menganut agama Kristen tercatat 29 juta banyaknya, dan semuanya menyebut 'nama Allah.'

Morey menyebut 'Allah' adalah nama dewa bulan Babilonia seperti terlihat dalam lambang diatas mesjid dan bendera negara Islam, kenyataan sebenarnya lambang bulan sabit baru muncul di Turki pada abad XV sebagai peringatan kemenangan dalam perang Byzantium karena kemunculan bulan sabit secara tiba-tiba. Muhammad sendiri mengemukakan bahwa: "Wahai bulan sabit yang indah dan bulan sabit petunjuk, keyakinanku teguh kepada Dia yang menciptakanmu" (Ensiklopedia Islam, hlm. 64), Al-Quran juga menyebut: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan, niscaya mereka menjawab: Allah" (QS 29:61).

Bila dalam Tanakh tercatat nama Elah/Alaha dikitab Ezra (4:8 - 6:18; 7:12 - 26) dan Daniel (2:4 - 7:28) yang ditulis dalam bahasa Aram. Dalam Perjanjian Baru, Yesus tidak pernah menyebut nama YHWH tetapi di kayu salib Ia memanggil dalam bahasa Aram nama 'El' (Mat 27:46; Mrk 15:34) yang merupakan kependekan Elah/Alaha Aram. Saat ini orang Yahudi, Kristen dan Arab kalau berbahasa Arab menyebut 'nama Allah,' dan di Kairo, ada gereja 'Al-Mu'alaqqah' yang dipintunya ditulis 'Allah Mahabah' (Allah itu kasih), dan dipintu lainnya 'Ra'isu al-Hikmata Makhaafatu Ilah' (Permulaan Hikmat Adalah Takut kepada Allah), dan dari situ ada sinagoga 'Ben Ezra' dimana disebut bahwa dahulu di situ Rabbi 'Moshe Ben Ma'imun' menulis buku 'Al-Mishnah' dan 'Dalilat el-Hairin' dalam bahasa Ibrani dan Arab dimana 'El/Elohim diterjemahkan Allah'.

Al-Quran dan Alkitab berbicara mengenai 'Allah' yang sama sebagai tujuan penyembahan dalam agama Yahudi, Kristen maupun Islam berbahasa Arab, Allah yang disembah oleh Abraham yang diceritakan dalam Tanakh dan PB atau Ibrahim dalam Al Quran. Allah (dalam bahasa Arab) sebagai sesembahan ketiga pengikut agama Semitik (Yahudi, Kristen, Islam) dapat menjadi titik pijak bersama yang baik untuk melakukan dialog dan percakapan misi dengan penganut agama Islam. Sekalipun sama sebagai nama 'El Abraham' (Allah Ibrahim), Nama yang sama disembah itu tidak mengandung pengajaran/aqidah (teologi) yang sama tergantung pengajaran dalam kitab suci masing-masing. Dalam pengajaran, El/Elohim/Eloah Tanakh (Yang tidak menerima Yesus) ada samanya dan tidak samanya dengan Theos PB (Yang percaya Yesus itu Tuhan), demikian juga tidak sama dengan Allah Al-Quran (Yang menerima Muhammad sebagai nabi terakhir). Yang harus dibandingkan bukan 'God' Kristen dan 'Allah' Islam, tetapi 'Allah Kristen Arab' dibanding 'Allah Islam Arab.'

Umat Kristen perlu dengan kasih, kesabaran dan mendoakan mereka yang dipengaruhi oleh ketidak-tahuan mereka dan dipengaruhi orang lain, sebab 'menolak nama Allah' secara tidak langsung sama halnya dengan 'menolak YHWH' yang salah satu namanya 'El' dalam dialek Arab 'Allah' yang sudah menjadi kosa-kata bahasa Indonesia ditolak/dilecehkan sebagai nama berhala.

(Bersambung ke La Ilaha Illa Allah Part 2 )














0 comments:

Post a Comment