- Diberkati untuk Memberkati

Enam Ciri Kepemimpinan Yang Buruk (2)



3.       Kepemimpinan yang buruk mempromosikan kekristenan kelas atas.

Selama hamper dua ribu tahun, kekristenan telah dilanda sebuah doktrin jahat yang telah merusak seluruh keberadaan gereja dan perbuatan gereja didunia ini. Doktrin ini adalah doktrin mengenai pemisahan antara pendeta dan orang awam. Meskipun telah terjadi reformasi dan munculnya imamat semua orang percaya, yang diantarkan pleh kaum Protestan, kita masih menerima dua kelas orang Kristen dakam Kerajaan Allah, dan ini salah.
Para pemimpin Kristen professional memiliki ketertarikan pribadi untuk melanjutkan persepsi ini daripada mengubahnya. Ketika seorang berkomitmen untuk mengikuti Kristus dan mendatangkan perubahan, ia biasanya ditantang untuk melakukannya secara professional dan melakukannya sebagai “kaum awam”. Pola ini melanjutkan pembedaan kelas dan nampaknya menyebabkan semua orang Kristen lainnya kurang berkomitmen. Sayangnya, pemimpin awam sering kali dipandang sebagai agen perubahan yang kurang berpotensi di dunia ini.


4.       Kepemimpinan yang buruk menekankan pengetahuan dengan menngorbankan ketaatan.

Ketika para pemimpin percaya bahwa peranan mereka adalah sebagai pengajar dan pelindung firman Allah, gereja lebih menjadi sebuah intitusi akademis daripada keluarga rohani yang menjalankan misi. Penekanan pada pengetahuan menciptakan seperangkat nilai palsu yang merusak gereja dan juga gambaran akan Kristus di dunia ini. Ketika kita mengacaukan pengetahuan dan kematangan, kita mengizinkan jemaat untuk menerima banyak pengajaran tanpa tanggung jawab untuk menaatinya. Hasilnya adalah jemaat yang kurang matang. Tidak lebih dari itu. Kita dapat mengajarkan setiap hari bahwa ketaatan itu penting. Namun, mengajarkan ketaatan tidak sama dengan ketaatan itu sendiri. Bahkan seseorang bisa saja mempertanyakan apakah Anda benar-benar memahami sesuatu sehingga Anda mempraktikkannya. Jadi, bahkan pengetahuan yang ada pada kita patut dipertanyakan jika kita tidak mempraktikkan apa yang telah kita pelajari.

(Dirangkum dari buku Organic Leadership, Neil Cole)

0 comments:

Post a Comment