5. Pemimpin
yang buruk lebih memandang gereja sebagai kebaktian daripada ibadah
Bagi banyak orang, gereja hanyalah sebuah
peristiwa agamawi setiap Minggu pagi, dan pertumbuhan gereja berarti memiliki
banyak jemaat yang menghadiri kebaktian. Hal ini menyimpang jauh dari ajaran
Alkitab. Istilah gereja dan gembala jemaat dalam Perjanjian Baru
memiliki ari yang benar-benar berbeda dibandingkan dengan yang kita kenal saat
ini. Namun, kita tidak mengetahui hal ini karena kita membaca Alkitab dengan
pengertian yang telah kita peroleh dari pengalaman kita sendiri. Hal ini
mendorong kita untuk melakukan praktik-praktik aneh yang tidak kita pertanyakan
karena dasar kebenaran kita mengenai gereja telah jauh menyimpang dari
kebenaran alkitabiah. Sebagai contoh, kita memandang gereja sebagai tata ibadah
yang standar. Kita memegang teguh pandangan ini dengan begitu agamawi sehingga
beranggapan bahwa hal itu tertulis di Alkitab karena kita begitu teguh
menganutnya – sebuah lagu lembut, diikuti pemberitahuan singkat, kemudian tiga
lagu lagi, persembahan, dan sebuah ilustrasi singkat. Kemudian kita
mendengarkan khotbah, lagu terakhir dan doa atau berkat penutup.
Anda mungkin berpikir, “Apa yang salah
dengan itu?” Memang sebenarnya tidak ada yang salah, kecuali bahwa kita telah
melakukannya setiap minggu selama berabad-abad sehingga tanpa sadar orang-orang
mendefinisikannya sebagai gereja. Hal tersebut sudah begitu umum sehingga kita
bahkan tidak melihat “keanehan” pada praktik-praktik yang kita lakukan. Kita
beranggapan bahwa itu benar, tanpa ragu-ragu lagi, meskipun tidak ada praktik
semacam ini dalam Perjanjian Baru. Terus terang, kebaktian-kebaktian dalam
gereja lebih mirip The Tonight Show dari pada ibadah dalam Perjanjian Baru.
6. Pemimpin
yang buruk terpikat oleh ketenaran dan kekayaan.
Kepemimpinan dalam gereja saat ini telah
menjadi jenjang karir, dan para pemimpin tertentu yang terkenal menjadi tolak
ukur bagi yang lain. Para pemimpin yang sukses menikmati hak-hak istimewa yang
membuat keberhasilan semacam ini bahkan menjadi lebih memikat. Mereka memiliki
pengaruh dan gedung yang lebih besar, menulis buku-buku yang laris terjual,
berbicara dalam konferesi-konferensi yang lebih besar, dan menikmati gaji yang
lebih besar. Namun kehidupan orang-orang yang menikmati hak-hak istimewa ini
sering kali rusak. Para pemimpin semacam ini pun mudah terpikat oleh ketenaran
dan kekayaan. Mereka biasanya berharap dilayani bukan melayani orang lain.
(Dirangkum dari buku Organic Leadership, Neil Cole)
0 comments:
Post a Comment