- Diberkati untuk Memberkati

Mengapa Risau Dengan Kebencian Orang lain ?

Kehidupan begitu lurus, penuh keindahan dan damai… Anda setuju ? 
Tentu saja sebagian dari  Anda mungkin tak sependapat.

Seperti air  tenang di sebuah danau, kita tak pernah tahu apa yang terjadi di balik kedalamannya laksana Angsa berenang dengan ketenangannya dengan segenap perjuangan gerakan kaki yang tidak terlihat oleh kasat mata. Demikianlah dalam kehiduapn tentunya ada hitam ada putih, ada suka cita, ada duka nestapa, ada kebaikan sudah pasti keburukan bahkan ada kesenangan pastilah ada kebencian, bukan! Itulah dinamika yang mewarnai kehidupan manusia. Beraneka warna menghiasi pernak pernik kehidupan yang sudah tentu kita jumpai dalam keseharian entah dimana kita berpijak.

Dapat saja kita terlalu naif bila mengganggap hidup itu penuh dengan kebencian saja atau keindahan saja. Coba saja tengok bagaimana kita berhubungan dengan puluhan bahkan ribuan orang, tentulah kita dapati orang-orang yang menyukai keberadaan kita ataupun sebaliknya. Bisa jadi banyak penyebab ketidaksukaan orang lain pada diri kita dilatarbelakangi entah oleh sikap, perilaku, kecemburuan fisik dan keberhasilan atau bahkan kehebatan yang kita miliki, atau ribuan alasan lainnya. 

Jika kita ingin pahami dengan baik, ketidaksukaan atau kebencian orang lain yang kita terima terefleksi dengan sikap, bahasa tubuh, tutur kata yang terucap, ekspresi wajah yang tampilkan, sampai nada suara dari begitu  halus nan penyengat sampai yang mampu mengundang kekuatan amarah kita untuk menyambutnya. Atau berupa bentuk-bentuk perilaku, sinisme, ketidak adilan, diskriminasi sampai dengan segala bentuk kesulitan yang harus kita diterima.

Luangkan sedikit waktu tuk berpikir dengan sabar bijak dan ikhlas, mengapa terjadi demikian ? jawabannya adalah karena memang  saringan di dalam kepala setiap manusia sangatlah berbeda, bukan! Apapun rangsangan yang memasuki alam pikiran kita akan melewati banyak penyaringan. Saringan-saringan yang mesti dilalui di dalam kepala : deletion, generalization, distortion, velues, memory, belief, dan saringan lainnya sebelum rangsangan keluar dan merubah wujudnya menjadi sebuah tanggapan/respon dan perilaku. Di saringan-saringan itulah bersemayam penyebab segala rasa termasuk kebahagiaan, kekecewaan, kebencian dan kebaikan yang sering kita jumpai. Jadi, tidaklah mengherankan ketika kita menemui seseorang yang begitu baik dan juga begitu membenci yang diekspresikan berbeda dan acap kali  tak dapat memampukan kita untuk memahami sebabnya. Tentu ini akan lebih memudahkan kita menerimanya setelah kita tahu begitu kompleksnya proses yang terjadi di dalam pikiran kita (the map is not the territory and you create your own reality).

Ku teringat cerita sang kakek tua nan bijak, di dalam tubuh setiap manusia memiliki 2 ekor serigala, serigala jahat dan serigala baik. Serigala yang manakah  yang kita beri makan paling banyak, dialah yang paling kuat, berkuasa atas tindakan kita dan siap menghancurkan yang lain dalam pertempuran untuk memenangkan diri kita. Serigala mana yang menang, dialah yang terlihat dalam bentuk perilaku atau respon kepada orang lain. Memberi makan serigala baik jauh lebih banyak atau sebaliknya, kembali kepada keputusan kita masing-masing.


Jadi, sebenarnya kita tak perlu berbalas ketidak sukaan dengan ketidak sukaan karena tenaga dan waktu akan terbuang sia-sia. Balaslah  ia dengan butiran air kasih dan kebaikan yang kita punyai. Tak perlu berkecil hati bila kebaikan kita diabaikan, dicemooh, dihina dan bahkan  kesalahan dicari segala cara dan rupa. Tak perlu lah berkecil hati dengan segala prestasi yang telah kita ukir tak terlihat orang lain di sekitar. Karena memang kebaikan tetaplah kebaikan yang memberikan cahaya kemulian seseorang. Dan keberhasilan atas prestasi tetaplah memberikan buah manis bernama kehormatan. Pahami bahwa kita memiliki Yang Maha Melihat dan Maha Penyayang sebagai sandaran hidup kita selama di dunia dan selalu menuntun jalan terbaik dan memiliki berjuta hikmah dari setiap langkah kita.  Yakinlah Sang Maha Perkasa akan membukaan mata hati orang lain untuk melihat segala kebaikan dan prestasi yang kita miliki, karena semua akan indah pada waktunya.



Renungkanlah untuk mengganggap ketidak sukaan sebagai cemeti  kehidupan yang mampu mendorong semangat kita  untuk menjadi lebih baik dan lebih hebat berprestasi. Dan anggaplah ia sebagai pelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain menjadi  lebih berkualitas dan dewasa. Kelolalah dia menjadi energi positif yang dapat membatu kita menggapai keberhasilan yang diinginkan. Tak perlu gundah dengan ketidaksukaan orang lain, tak perlu ragu tuk pertahankan nilai-nilai hakiki karena memang itulah pondasi kuat yang mampu membuat orang lain berdecak kagum dengan genggaman teguh harga diri dan kehormatan kita. Dengan demikian itu akan memampukan kita untuk mengerti bahwa ketidaksukaan adalah pilihan siapapun, dan bahkan membalas ketidak sukaan dengan tindakan yang sama atau sebaliknyapun juga sebuah pilihan, bukan ! Tetapi, perlu kita pahami dengan benar, bagaimanapun juga kebaikan tetaplah mutiara yang bersinar indah meski tersembunyi di lumpur terdalam yang pekat sekalipun. 



by : Mohamad Yunus

0 comments:

Post a Comment