- Diberkati untuk Memberkati

Setiap Langkah adalah Anugerah

Pagi ini, dalam perjalanan menuju ke kantor, saya menyaksikan pemandangan yang menurut saya luar biasa. Saya sebut luar biasa karena sekarang ini saya sendiri juga tidak mungkin akan melakukannya. Begini ceritanya :

Saya melewati jalan Kemanggisan Raya yang terkenal ramai di waktu pagi. Sambil menikmati kemacetan, saya melihat ada seorang Ibu yang akan menyeberang. Karena demikian banyaknya mobil, Ibu itu susah sekali menyeberang. Tidak lama, saya melihat ada seorang Bapak berjalan dari seberang jalan, dan membantu Ibu tersebut untuk menyeberang. Sementara ada beberapa anak muda duduk di warung rokok yang diam saja dan hanya melihat tindakan si Bapak. Saat selesai membantu si Ibu menyeberang, saya melihat si Bapak tersenyum gembira dan si Ibu-pun juga mengucapkan terima kasih dengan gembira, lalu mereka pergi ke arah berbeda.

Kejadian yang saya lihat, mengingatkan saya akan sebuah cerita yang ditulis oleh  Barbara Brown Taylor dengan judul "Setiap Langkah adalah Anugerah".

Setiap Langkah adalah Anugerah
oleh Barbara Brown Taylor

Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer pada tanggal 1 Desember. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, bernama Ralph.
Ralph yang dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memper kenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Dari mana Anda belajar melakukan hal-hal seperti itu ?" tanya sang profesor.
"Melakukan apa ?" kata Ralph.
"Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?"
"Oh," kata Ralph, "selama perang, saya kira."

Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya. "Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah," katanya. "Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini."

Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas

Friends, si Bapak yang saya lihat tadi pagi dan kisah si Ralph telah menyadarkan saya kembali bahwa hidup saya masih belum berkualitas. Saya sering bertindak sembrono yang membuat orang lain sedih dan terluka, dan tentunya saya jauh dari sikap seperti yang dicontohkan si Bapak dan Ralph. Sepanjang perjalanan ke kantor, saya berdoa supaya Tuhan berkenan mengampuni dosa saya, ke-egoisan saya, dan masih adanya ketidak pedulian saya pada sesama. Maafkan saya untuk semua yang sudah saya lakukan.

Good day...Good Luck...God Bless You

A.C. Huang

0 comments:

Post a Comment