(Pertanyaan-1)
Tidak benar bahwa nama
'Allah' sudah digunakan umat kristen Arab sebelum Islam, sebab dalam 'Arab
Bible' nama itu ditulis 'Al-Ilaah' sesuai nama yang digunakan kalangan kristen
sebelum ada Islam. Ini bisa dilihat dalam inskripsi Umm al-Jimal (abad-6). Inskripsi
Zabad tidak memuat nama 'Allah' itulah sebabnya 'Al-Ilaah' digunakan dalam Arab
Bible dan bukan 'Allah.'
(Jawaban-1)
Sebelum mendiskusikannya,
ada baiknya mengetahui lebih dahulu apakah 'Arab Bible' itu. Arab Bible (2004)
adalah karya plagiat dari 'Arabic Bible' yang selama ini digunakan umat Kristen
berbahasa Arab (Bustani-van Dijk, 1865), dengan hanya mengubah nama 'Allah'
didalamnya dengan 'Al-Ilaah', karena itu klaim 'Arab Bible' bahwa mereka lebih tahu
bahasa Arab perlu diuji. Arabic Bible menggunakan nama 'Allah' sudah
satu-setengah abad, meneruskan penggunaannya dalam Alkitab Arab dan oleh orang
Arab beragama Yahudi dan Kristen sejak awal, dan kini digunakan 29 juta umat
Kristen berbahasa Arab.
Inskripsi Umm al-Jimal
memuat nama al-Ilah, namun penggunaan nama 'Allah' sebelum Islam banyak. Ada
uskup Arab hadir di Konsili Efesus (431) bernama 'abdellas' (Abdullah, band.
dengan 'Wahab Allah' yang diterjemahkan ke Yunani sebagai 'ouaballas')). Dalam
fragmen pra-Islam yang ditemukan di Damaskus (1901) ada teks LXX Mazmur 78
dimana 'ho-theos' (elohim) diterjemahkan dalam bahasa Arab yang ditulis dengan
aksara yunani sebagai 'allau' (ayat 22,31,59) dan 'el ileu (ayat 56) dalam
inskripsi itu huruf 'ha' Arab ditulis sebagai 'upsilon' Yunani. Seorang martir
kristen Arab dari Najran bernama 'Abdullah ibn Abu Bakr ibn Muhammad' (523),
dan di kalangan Arab beragama Yahudi pra-Islam ada Imam Sinagoge di Medinah
yang bernama 'Abdallah bin Saba.'
Inskripsi Zabad (512)
'memuat nama Allah,' banyak pakar menyebut inskripsi itu memuat 'Allah Gafran'
(Allah mengampuni) sebagai pembuka bahkan digambarkan dalam buku 'Islamic
Caligraphy' oleh 'Yasin Hamid Safadi' (London: Thames and Hudson Limited, 1978,
hlm.6).
Jadi, nama Al-Ilah dan
Allah digunakan bersama dan saling dipertukarkan terlebih pada zaman pra-Islam.
Dalam Ensyclopaedia of Islam disebutkan: "Bagi umat Kristen dan monotheis,
al-ilah terbukti berarti Tuhan; bagi penulis lain artinya "yang disembah",
dan al-ilah menunjukkan 'tuhan yang sudah disebutkan' penggunaannya bertahan
sampai sekarang ('Abd al-Ilah). Allah sering digunakan sebagai kontraksi
al-ilah, khususnya dalam tulisan pra-Islam, kemudian menjadi nama diri (ism
'alam)." (Brill, Vol.III, hlm.1093)
Adalah gegabah kalau
membangun sebuah teologi hanya dengan mengutip satu-dua contoh yang mendukung,
padahal banyak contoh lainnya yang berbeda diabaikan.
(Pertanyaan -2)
Allah adalah 'nama diri'
yang sama dengan bentuk feminim 'nama diri' dewi pagan Arab 'Allat' yang ditemukan kuil
penyembahannya di Petra dari kaum Nabatea, dan Lihyan adalah pusat penyembahan
dewa HLH dari Siria. Tidak ada nama 'Allah' muncul di Inskripsi kristen Zabad
(512).
(Jawaban -2)
Mengenai Allah sebagai
nama diri bisa menunjuk sesembahan pagan Arab atau Yang Mahaesa, dan penggunaan
dengan satu 'l' (alah) atau dua 'l' (allah) dengan pengertian sama merupakan
kebiasaan dalam inskripsi kuno sebelum gramatika abjad Arab menjadi baku. Dalam
Tanakh, 'El/Elohim' berarti nama diri dan sebutan yang tertuju Tuhan yang Esa
maupun kepada dewa/berhala.
Lihyan disebutkan sebagai
pusat penyembahan 'HLH' dan tidak ada indikasi bahwa nama itu tertuju 'dewa
Siria' sekalipun ditemukan kuil penyembahan di Petra. Perlu disadari bahwa
inskripsi di Arab Utara (Sabean, Lihyan, Tamudic, Safaitic) menunjukkan bahwa
Lihyan merupakan pusat penyembahan 'Allah' dan disana berkembang dialek-dialek
Arab dimana ada yang menggunakan kata sandang 'al' tapi juga 'ha' untuk
menunjukkan 'Tuhan yang Satu.' F.V. Winnet dalam penelitian yang mendalam atas
inskripsi Lihyan menyebutkan bahwa pujian kepada Allah dalam inskripsi itu
bersifat netral dan bias diarahkan kepada sesembahan mana saja, tapi teks
Lihyan menunjukkan adanya kata kunci 'abtar' yang hanya ada dalam Al-Quran (QS.108)
yang mengarah kepada 'Allah yang Esa dan Kekal' (QS.112).
"Inskripsi Arab
Utara. . Nama-nama Allah pertama menjadi umum di teks Lyhian. Bukti
ditemukannya nama Allah menunjukkan bahwa Lyhian adalah pusat penyembahan Allah
di Arab. . "Orang Siria, menekankan kata benda umum 'allah' menjadi nama
diri dengan menambahkan eleme n "a": allaha = "the god"
lalu menjadi "God". . Ketika orang Lyhian mengambil alih nama diri
Allaha, nama itu diarabkan dengan menghilangkan elemen "a"."
(Allah Before Islam, The Moslem World, Vol.38, 1938, hlm.245-248)
Apalagi, Inskripsi Lihyan
abad VI BC itu berada di Arab Utara yang berasal dari bahasa Nabatea Arami itu
dekat dengan Yerusalem dimana dikenal kitab Ezra yang sezaman (abad VI BC) yang
memuat nama Aram 'Alaha' yang ditujukan kepada 'Elah Yisrael' (Ezr.5:1;6:14).
Lagipula, pendahulu suku Lihyan adalah Dedanite yang adalah keturunan Dedan
cucu Keturah, isteri Abraham, tentu ada kaitannya dengan keyakinan Hanif.
Ensiklopedi Islam menyebut:
"Gagasan tentang Tuhan Yang Esa
yang disebut dengan Nama Allah, sudah dikenal oleh Bangsa Arab kuno ...
Kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam adalah hunafa' (tngl.hanif), sebuah
kata yang pada asalnya dituju-kan pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang
berpangkal pada ajaran Ibrahim dan Ismail." (Glasse, hlm.50-51).
Nabi Islam Muhammad
sebelum menjadi rasul berhubungan dengan biarawan Nestorian Waraqah ibn Nawfal
yang adalah sepupu Khadijah. Ia juga menghadiri pengajaran guru kristen dekat
Mekah, dan setelah memulai agamanya ia mengaku menulis kitab sebagai penerus
kitab-kitab Yahudi dan Kristen yang sudah ada, ini menunjukkan bahwa ia mengaku
nama 'Allah' yang sama dalam dua agama pendahulunya, hal itu secara jelas
terlihat dalam Al-Quran:"(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari
kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata:
"Tuhan kami hanyalah Allah."
Dan sekiranya Allah tiada
menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi
dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sesungguhnya Allah pasti
menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kuat lagi Maha Perkasa." (QS.22:40) Dalam Surrah Al-Quran disebut
"orang Yahudi menyebut Allah" (5:64), dan "orang Yahudi dan Nasrani beriman kepada Allah" (2:62) dan menyebut "kami anak-anak Allah"
(5:18). Orang Nasrani menyebut "Isa Almasih Putra Allah" (9:30) dan "Rasul
utusan Allah" (4:157,171;61:6), dan "Isa menjawab: Bertakwalah kepada
Allah" (5:112) dan berkata "Aku ini hamba Allah" (19:30), dan
"Allah mengangkat Isa kepada-Nya" (3:55;4:158;5:110).
Ini menunjukkan 'Allah'
sudah dipakai umat Yahudi dan Kristen Arab termasuk dalam kitab-kitab mereka
(QS.2:97;5:48) semasa pra-Islam.
(Pertanyaan -3)
Arab Bible mengutip
ucapan Sidney Griffith bahwa: "Bahasa Arab semakin banyak digunakan oleh
para pemimpin Kristen Timur, dan akhirnya menggantikan bahasa Yunani.
Nampaknya, bahkan di dalam gereja, ada pergeseran besar ke arah mengadopsi
segala hal yang bersifat islami. Migrasi ke arah kebudayaan Arab yang sedang
berjaya sedang digemari (dan juga lebih aman), oleh karena peradapan Arab kemudian
dipandang sebagai kebudayaan yang lebih superior dari yang lainnya. Dengan
situasi seperti ini maka tidaklah mengejutkan jika kita melihat adanya penggunaan
kata 'Allah'."
(Jawaban -3)
Sidney Griffith kurang
mengerti sejarah Arab-kristen dengan menganggap umat kristen pada masa Islam
mengikuti bahasa Arab dan meninggalkan bahasa yunani. Sekalipun sejak penguasa
Islam (630) bahasa Arab menggeser budaya dan bahasa Yunani, itu tidak berarti
orang Arab kristen semula berbahasa Yunani dan baru menggunakan bahasa Arab
sesudah itu. Kekuasaan Arab saat itu hanya sebagian saja dari dunia berbahasa
Arab yang sudah menyebar sampai ke Mesopotamia, Arab Selatan, seluruh Afrika,
dan Eropah beberapa abad sebelum hadir agama Islam.
Sekalipun PB ditulis dalam
bahasa Yunani, tidak berarti hanya itu bahasa yang dikenal umat. Kekristenan
Arab sudah dimulai sedini abad pertama dimana orang Arab sudah mendengar kotbah
Yesus (Mrk.3:7-8) dan dihari Pentakosta mereka mendengar dalam bahasa Arab
(Kis.2:11), dan Paulus mengunjungi jemaat Kristen Arab (Gal.1:17). Alkitab
Peshita dalam bahasa Aram ditulis pada abad II dimana El/Elohim Ibrani ditulis
'Alaha' sebelum kemudian menjadi 'Allah' Arab Nabatea dan bahasa Arab. Pada
tahun 244 seorang Arab kristen Phillip the Arab menjadi kaisar Roma dan pada
Konsili Nicaea (325) hadir 6 uskup Arab dari kawasan imperium Romawi dan tiga
uskup lainnya dari kawasan Arab non Romawi.
Ini menunjukkan bahwa
umat kristen Arab dengan bahasa Arabnya sudah menyebar bahkan menduduki jabatan
tinggi kaisar Romawi dan Uskup jemaat Arab.
Menarik untuk
membandingkan isi Injil Apokrif Infancy Gospel of Thomas (abad II) dimana ada
cerita mengenai 'Allah yang mengizinkan Yesus membuat mujizat burung dari tanah
liat' yang dikutip dalam Injil Anak-anak apokrif dalam bahasa Arab 'Injilu' t
Tufuliyyah' dan kemudian diceritakan Al-Quran (QS.5:110, abad VII).
Pada abad III Origen
menulis dalam introduksi Hexapla bahwa ia berkonsultasi dengan salinan bahasa
lain termasuk Arab, ini berarti pada abad III sudah ada fragmen Alkitab dalam
bahasa Arab. Pada abad VI, Waraqah ibn Nawfal di Mekah menerjemahkan fragmen
Alkitab ke dalam bahasa Arab, pada tahun 520 umat Kristen di Najran
memiliki Injil dengan dialek Arab yang ditulis dengan aksara Musnad, dan pada
tahun 570 ditemukan tulisan di salah satu batu Kaabah kutipan dari Mat.7:16
dalam bahasa Arab. John of Sedra pada awal abad VII menulis terjemahan keempat
Injil dalam bahasa Arab untuk digunakan oleh para cendekiawan Muslim.
Karena itu, menyempitkan
kekristenan sebagai hanya mengenal 'Al Ilah' sebelum Islam, dan mengganggap
orang kristen terpengaruh tekanan dominasi kekuasaan Arab/Islam agar
menggunakan nama 'Allah,' menunjukkan sikap meremehkan kekuatan kekristenan
Arab yang dipimpin Roh Kudus sejak hari Pentakosta dan sejak itu meluas
pengaruhnya ke hampir seluruh kawasan berbahasa Arab.
Pada awal abad VII pada
waktu restorasi 'kaabah' di Mekah ditemukan inskripsi disalah satu batu sudut
yang memuat nama Maria dan Yesus bersama beberapa nabi Perjanjian Lama.
Dengan adanya nama-nama
tokoh kristen yang mengandung nama 'Allah' menunjukkan bukti bahwa kekristenan
Alkitablah yang mempengaruhi pembentukan Al-Quran (sekitar 70% isinya ada dalam
Alkitab kristen).
Makin jelas bahwa Al-Ilah
dan Allah adalah padan kata atau kontraksi, yang tertuju kepada Yang Mahaesa
pencipta langit dan bumi maupun dewa. Dalam ensiklopedi disebut:
"Allah ("Tuhan" Arab), Tuhan yang esa dan satu-satunya
dalam agama Islam. Secara bahasa, nama Allah mungkin merupakan kontraksi
al-Ilah Arab, "Tuhan itu."
Asal-muasal nama itu dapat ditelusuri ke masa lalu sampai
tulisan-tulisan Semitik yang paling awal dimana kata untuk Tuhan adalah Il atau
El, yang terakhir adalah sinonim Yahweh Perjanjian Lama. Allah adalah kata
standar Arab untuk menyebut 'Tuhan' dan digunakan oleh Arab Kristen sama halnya
dengan Muslim." (Ensyclopaedia Britannica)
"Allah, nama Yang Mahakuasa Arab. Kata itu adalah
kontraksi al-Ilah bahasa Arab, "Ilah Itu." Kedua ide dan kata itu
sudah ada dalam tradisi Arab sebelum Islam, dimana ada beberapa bukti
monotheisme primitive dapat ditemukan. Walaupun ada yang menyebutnya ilah-ilah
yang lebih rendah, Arab sebelum Islam mengenal Allah sebagai Yang Mahakuasa." (Microsoft Encarta, 2009)
Demikian juga 'Ensiklopedi Islam' (Glasse) dan
'Ensyclopaedia of Islam' (Brill) menyebut:
"Nama "Allah" telah dikenal dan dipakai sebelum Alquran
diwahyukan .... Kata itu tidak hanya khusus bagi Islam saja, melainkan ia juga
merupakan nama yang, oleh ummat Kristen yang berbahasa Arab dari gereja-gereja
Timur, digunakan untuk memanggil Tuhan" (Glasse, hlm.23)
"Sebagian besar beranggapan nama diri Allah ada asalnya (mushtakk,
mankul),kontraksi al-ilah, dan menganggap ilah adalah tiga huruf akar
kata." (Brill, Vol.III, hlm.1093).
"Allah sudah dikenal di Arab; ia adalah satu dari sesembahan yang
disembah di Mekah kemungkinan sebagai tuhan yang mahakuasa dan tentu saja tuhan
pencipta (band. QS.13:16;29:61,63;31:25;39:38;43:87).
Ia sudah dikenal sejak dulu, sebagai 'Allah,' al-Ilah (asal kata yang
paling mungkin; saran lainnya adalah Alaha Aram)." (Brill, Vol.I,
hlm.406).
Ada teks Aram Suryani pra-Islam yang menulis 'Alaha'
diterjemahkan 'Allah' Arab:
"Risalah fit at Tadbir al-Khalash li Kalimat Allah al-Mutajjasad
(bahasa Suryani-Arab) karya Mar Ya'qub al-Rahawi (James of Eddesa). Buku ini
diawali kalimat: Allah..., menerjemahkan teks asli yang diawali: Alaha... (teks
asli Suryani ditulis tahun 578 M)". (Bambang Noorsena, The History of
Allah, h.12.)
Kebenaran sejarah tidak bisa diubah dan perlu disadari bahwa
'Ilah/Allah' (Arab) memiliki asal mula yang sama (cognate) dengan
El/Elohim/Eloah (Ibrani), Elah/Alaha (Aram), maupun El/Il Semitik
(Mesopotamia), yang dipercayai beberapa agama sebagai dewa, tuhan tertinggi,
atau Tuhan yang Mahaesa pencipta langit dan bumi. (Di Kanaan El juga ditujukan
kepala pantheon Kanaan, dan dalam Tanakh, Elohim juga kerap ditujukan kepada
dewa, a.l. lembu muda, Kel.32:4).
Perlu dicamkan benar bahwa sekalipun penganut agama Yahudi (Tanakh),
Kristen (Perjanjian Lama+Perjanjian Baru) dan Islam (Al-Quran) berbahasa Arab
menggunakan nama 'Allah' yang sama dan menyebutnya sebagai 'Tuhan Monotheisme
Abraham/Ibrahim,' ketiganya mempercayai pengajaran/aqidah berbeda sesuai kitab
suci masing-masing. Kerancuan biasa terjadi karena mencampuradukkan nama
'Allah' sebagai nama sesembahan semitik/abrahamik dalam bahasa Arab dan
doktrin/aqidah mengenai Allah yang sama itu, karena itu kalau mau membandingkan
adalah antara 'Allah'
Arab Kristen dibanding 'Allah' Arab Islam. Marilah kita
mendengarkan wejangan Dr.Olaf Schumann, teolog kristen Jerman yang fasih
berbahasa Arab yang selama 3 tahun belajar dan mengajar di Universitas Al-Azhar
di Kairo:
"Memang tidak dapat disangkal adanya suatu masalah. Namun yang
menjadi masalah ialah soal dogmatika atau 'aqida, sebab tiga agama surgawi itu
mempunyai faham dogmatis yang berbeda mengenai Allah yang sama, baik hakekatnya
maupun pula mengenai cara pernyataannya dan tindakan-tindakannya."
(Keluar
dari Benteng-Benteng Pertahanan, hlm.177)
Akhirnya, untuk menguji siapakah dari 'Arab Bible' dan
'Arabic Bible' yang lebih mengerti bahasa Arab (termasuk tentang kata 'Allah'),
cukuplah kalau Arab Bible menerjemahkan sendiri dengan bahasa Arab mereka
(dengan doktrin nama 'Al-Ilaah'nya) seluruh isi Alkitab dari bahasa asli Ibrani
(Perjanjian Lama) dan Yunani (Perjanjian Baru), dan menyerahkan hasilnya untuk
diuji oleh orang Arab terutama para pakar bahasa Arab, Ibrani, Yunani, agar
dari merekalah keluar kesimpulan siapa dibelakang 'Arab Bible' atau 'Arabic
Bible' yang lebih mengerti bahasa Arab, Ibrani dan Yunani!
Sumber: www.yabina.org
0 comments:
Post a Comment