- Diberkati untuk Memberkati

Apa yang benar di mata kita juga belum tentu benar di mata orang lain


Seringkali kita menjadi kambing hitam. Kesalahan yang dilakukan orang lain, diarahkan ke kita dan situasi membuat kita harus mengakui kesalahan tersebut. Situasi ini sering berlangsung terus dan membuat kita berpikiran bahwa kita tidak pernah benar dan ada yang berusaha menjatuhkan kita atau membuat susah kita, yang pada akhirnya membuat kita ingin segera keluar dari situasi tersebut.

Berkaitan dengan kambing hitam (catatan : bukan kambing berbulu hitam), ada teman yang berceritera bahwa dia sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan atasannya. Bahkan dia sudah mendapatkan SP1 untuk kesalahan yang tidak dilakukannya. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi dari pekerjaannya.

Saya berpendapat bahwa keputusan untuk pergi dari pekerjaan bukanlah keputusan yang tepat. Saya justru mempertanyakan kembali "Apakah tidak bisa bicara baik-baik dengan atasannya, dan mencari tahu masalah yang sebenarnya terjadi ?" Tentunya lewat komunikasi dengan atasan maka diharapkan bisa diketahui tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan SOP yang ada. Satu hal yang perlu saya tambahkan adalah di perusahaan sering ada SOP yang tersurat tetapi ada juga yang tersirat. Jadi dengan mengetahui SOP yang tertulis saja tidaklah mencukupi melainkan juga harus mengetahui SOP yang tidak tertulis dan kenyataannya berlaku.

Pertanyaan saya selanjutnya adalah : "Bagaimana kalau pihak atasan tidak mau membuka ruang untuk berkomunikasi ?"

Sejauh sepengetahuan saya dan didasarkan pengalaman tentunya, tidak ada atasan yang menutup ruang apabila ada anak buah yang ingin berkomunikasi dengannya. Saya percaya ini karena saya mengalami sendiri. Saya pernah memiliki atasan yang "galak", semua takut karena dia galak dan kalau kalau rapat suka marah dan bisa ceramah berjam-jam. Tetapi segalak-galaknya dia, masih dibuka ruang komunikasi dengan anak buahnya. Anak buah yang menghadap selalu diterimanya, meskipun seringkali dimarahi habis-habisan. Hanya saja sesudah marah, dia baikan kembali dengan anak buahnya. Sebagai anak buahnya, saya hanya bisa menerima marahnya. Bagaimanakah perasaan saya sewaktu dimarahi ? Tentu saja seringkali saya jengkel karena saya merasa sudah melakukan yang benar. Tetapi saya lupa satu hal yaitu: apa yang saya lakukan adalah benar bagi saya, tetapi belum tentu benar bagi perusahaan.

Terhadap teman tadi, saya hanya dapat berpesan : bersabarlah, dan bukalah komunikasi dengan atasanmu. Bicaralah baik-baik dengan dia, dan ingatlah bahwa apa yang benar menurutmu belum tentu benar menurut perusahaan.

Apa yang benar di mata kita juga belum tentu benar di mata orang lain.

Good day...Good Luck...God Bless You

A.C. Huang

1 comments:

ZWAN SABRI said...

yeah. komunikasi yang baik dengan pihak atasan akan dapat membuatkan kedua dua belah akan berbaik baik.. ;)

MySuaraBlog: Happy Birthday Mama

Post a Comment